Marlaf Sucipto
Islam
Nusantara mengemuka sesaat setalah Nahdlatul Ulama’ (NU) menjadikannya sebagai
tema Muktamar yang ke-33 di Jombang Agustus lalu. NU menjadikannya sebagai tema
hanya untuk kembali ingin mempertegas bahwa NU adalah organisasi kemasyarakatan
terbesar di Indonesia yang hadir sebagai perawat tradisi dengan slogan: almuhafadatu
alaa qodimis sholih, wal akhdu biljadidil ashlah; Merawat tradisi yang baik dan
membuat-menemukan tradisi/peradaban baru yang lebih baik. Juga, untuk memperteguh
bahwa Islam itu adalah agama yang hidup “likulli zaman wa makan; setiap masa
dan tempat”.
Islam memang
lahir di jazirah Arab, ajaran yang serat nilai melalui pribadi luhur nan agung
bernama Muhammad. Karena Islam ajaran nilai, saat menyebar ke seantaro dunia mengalami
fleksibelitas, tersampaikan melalui produk kebudayaan bentukan masyarakat. Sebab
spirit inilah kemudian, “Islam Nusantara” didemonstrasikan. Sisi lain juga,
untuk memasyarakatkan pola beragamanya orang Indonesia yang mewarisi kebudayaan
Nusantara; dari sekian perbedaan, baik agama maupun kelompok-kelompok dalam
agama, tetap harmoni dan saling mengapresiasi. Perbedaan tak memantik
kebencian, permusuhan, apalagi yang sampai memicu pertikaian.
Islam
Nusantara, lahir juga untuk turut memahamkan masyakarat dunia yang terjerumus
dalam perang yang kesannya bermartabat tapi senyatanya mereka menjadi kacung
dari perebutan sumber kekayaan yang dijalankan sambil “membisniskan darah” atas
nama jihad.
Islam Nusantara
berkembang begitu pesat karena berpangkal atas fiqhul hikmah tatkala
berada di tengah masyarakat. Mengendapankan kelenturan dalam segala corak
kebudayaan dengan sisipan nilai Islam yang meneduhkan. Penerapan fiqhul
ahkam secara ketat dan konsekuen hanya berlaku di pesantren-pesantren sebagai
lembaga penempa muda-mudi agar ber-Islam
secara sungguh-sungguh dan mendalam. Di pesantren ini, “digodok” agen juru
dakwah yang bertumpu di atas akhlaqul karimah, kesantunan, kesopanan, dan
nilai-nilai kemanusiaan. Di pesantren, tak hanya terjadi tranformasi ilmu
pengetahuan, tapi juga transformasi nilai yang dikongkritkan dalam wujud
keteladanan. Apa yang disampaikan berbanding lurus dengan apa yang dilakukan.
Di pesantren, kemandirian juga mengalami penempaan, segala kebutuhan diri,
mulai dari makan, minum, mencuci dan hal lain diupayakan secara mandiri penuh
kebersamaan. Pemenuhan atas kebutuhan, baik atas diri maupun yang bersifat
kolektif dibangun secara bersama-sama penuh keakraban. Itu mengapa, kenapa
pesantren penting untuk terus dilestarikan.
Islam
Nusantara menjadi menarik karena terpadunya nilai agama dan budaya secara
berkelindan. seperti, kata “jannah” saat di Arab, berganti “surga” saat
di Nusantara. Hal ini terjadi karena hasil penghayatan, kontekstualisasi nilai
dalam menerjemahkan yang tersurat tanpa menggeser yang tersirat. Langkah cerdas
ini tak lepas dari sumbangsihnya para sunan yang mensyiarkan Islam dengan
pendekatan kesenian. Warisan luhur para sunan, kini dirawat dan dikembangkan
oleh para kiai yang pusat pendidikannya bernama pesantren. Mereka yang belajar
di pesantren, yang dikenal dengan sebutan “santri”, kemudian menyebar di
masyarakat untuk terus mendakwahkan Islam yang teduh, sejuk, dan menentramkan. Keahlian
mereka yang ditempa di pesantren, kemudian di darmabaktikan di masyarakat. Yang
ahli di bidang membaca al-Quran, ia mendirikan langgar untuk mengajarkan cara
membaca al-Quran yang baik dan benar. Yang ahli di bidang pengaturan keuangan,
ia masuk ke perkumpulan-perkumpulan masyarakat untuk ia ajari bagaimana
mengatur keuangan. Yang ahli di bidang pertanian, ia hadir di tengah masyarakat
untuk mengadvokasi bagaimana bertani yang baik. Yang ahli di bidang konstruksi,
ia terlibat dalam pembangunan-pembangunan. Yang ahli di bidang kelautan, ia
ajari masyarakat bagaimana melaut yang baik. Dan segala keahlian lain, dicoba
disalurkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Nilai lebihnya
santri ketimbang yang lain, saat ia mentransformasikan pengetahuannya, ia juga
melakukan transformasi nilai dengan menjadi contoh yang baik atas masyarakat.
Baik dalam hal sosial, agama, bahkan politik. Kata dan tindakannya bertumpu di
atas moralitas dan akhlaq. Sama persis sebagaimana yang diteladankan oleh
kiai-nya. Dan yang tak kalah penting, dalam segala tindak-tinduknya, yang utama
adalah kebermanfaatan, baru kemudian yang lain seperti harta maupun jabatan.
Dalam
perjuangan santri, tidak pernah menjadikan harta dan jabatan sebagai tujuan, ia
ditempa untuk ikhlas, berjuang atas nama Allah yang telah menjadikan manusia
sebagai wakil-Nya untuk mengurus dunia. Konsentrasi perjuangan santri lebih
kepada agar dirinya bermakna kepada yang lain. Menyelamatkan yang lain. Turut
andil dalam pencarian solusi dari sekian masalah di masyarakat. Langkah-langkah
santri ini mengandung nilai Islam walaupun sarana dakwahnya tidak mesti
menggunakan simbol-simbol Islam. Dakwah santri bisa melalui wayangan, ludrukan,
katopra’an, dan produk kebudayaan lainnya. Tapi muatannya berisi seruan-seruan
kebaikan, bukan maksiatan. Kebiasaan minum alkohol dalam acara kesenian, diganti
minum-minuman lain yang halal dan menyehatkan. Kebiasaan berpesta seks tidak
dengan pasangan sahnya setelah pertunjukan, diganti seks normal menyehatkan
bersama pasangan sahnya setelah menggelar pertunjukan. Semua seruan tentang
kebaikan dan kebenaran disampaikan dengan cara indah yang tak membosankan.
Karena dakwah disampaikan dengan cara yang indah, masyarakat mashuk
menyimaknya. Masyarakat tidak bosan atas irama yang dimainkannya.
Ini wajah
Islam Nusantara yang ditunjukkan kepada masyarakat dunia. Islam yang
didakwahkan secara damai menggunakan perangkat budaya. Itu mengapa kini, orang
Islam di Indonesia barada di urutan pertama terbesar di dunia. Islam di
Indonesia layak dipentaskan dalam jagad pramudita global. Setidaknya untuk
memberi pertimbangan dalam melangkah atas umat muslim di negeri lain yang telah
terprosok dalam kubangan permusuhan. Menyuarakan Islam dengan cara-cara
kekerasan. Sehingga darah dan perang tak bisa dielakkan.
Allahu
A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih telah sudi berkomentar...