(ISIS sebagai Penyebab Buruknya Citra Islam)
OLEH: M. SYAMSU RIYANTO Al FAQIR[2]
Saat ini, salah satu yang
menjadi perbincangan hangat di Indonesia dan dunia adalah Islamic State of
Iraq and Syria (ISIS). Pad awalnya, ISIS menggunakan nama Islamic State in Iraq and Levant
(ISIL) yang hanya beroperasi di daerah Iraq. Ketika mereka ikut berperang
melawan Presiden Basyar al-Asad (Presiden diktator dari Syiria), dan memiliki
pengikut yang banyak serta wilayah kekuasaan di Syiria, mereka mengubah nama
menjadi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Dengan perkembangan yang
signifikan, pada tanggal 29 Juni 2014 ISIS merubah nama lagi menjadi Islamic
State (IS) atau Negara Islam (Khilafah Islamiyyah) dengan Abu Bakar
al-Baghdadi sebagai khalifahnya.
ISIS, walaupun menggunakan “nama”
Islam, “ideologi” Islam, dan “jargon” Islam (Allahu Akbar), tetapi sangat jauh dari karakter Islam yang toleran,
lembut, dan penuh kasih sayang. Bahkan ISIS sebenarnya bermaksud menghancurkan
Islam dan menjatuhkan citra Islam yang rahmatan lil’alamin. Dalam perang
melawan orang kafir, Islam mengajarkan etika perang, yaitu tidak boleh membunuh
wanita, anak kecil, orang tua serta musuh yang menyerah dan tidak bersenjata.
Islam juga melarang menghancurkan sarana dan prasarana umum, tempat ibadah, dan
tempat yang dianggap suci oleh musuh. Islam juga mengajarkan tidak ada paksaan
dalam beragama, tidak boleh memaksa orang lain masuk agama Islam dengan ancaman
dan kekerasan.
Karakter Islam yang sempurna
di atas, berbeda dengan karakter ISIS. Dalam hal kekerasan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat
bahwa sepanjang bulan Juni 2014 saja, ISIS telah mengeksekusi 2.417 orang, yang
mayoritas rakyat sipil. Sepanjang bulan Juli-Agustus, ISIS juga mengeksekusi lebih dari 700 anggota
suku el-Syeitat dan Yazidi. Dalam hal sarana dan prasarana umum, ISIS menghancurkan lebih dari
24 tempat suci di Mosul, termasuk makam Nabi Yunus, Nabi Syit, Nabi Daniel dan
masjid-masjid Sunni dan Syi’ah. Dalam hal dakwah, ISIS telah memaksa lebih dari
35 ribu warga Kristen di Mosul untuk memilih pindah agama menjadi Islam.
Eksistensi ISIS bisa merusak
citra Islam yang toleran, cinta perdamaian dan rahmat bagi semesta alam. Mereka
yang tergabung dalam ISIS ini menunjukkan kepribadinnya dengan cara-cara dakwah
yang koersif, yaitu memaksa manusia untuk mengikuti ideologinya dengan cara
kekerasan. Mereka mensosialisasikan konsep khilafah Islamiyah dengan
cara-cara menggunakan senjata mematikan.
Perang melawan ISIS yang
dikomandani Amerika Serikat secara global, seakan perang terhadap Islam dan
kaum Muslimin. Hal ini terjadi, disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang
melakukan teror dan memakai simbol-simbol agama Islam untuk melegitimasi aksi
jahatnya. Peledakan sarana sipil dan aksi bom bunuh diri serta aksi-aksi amoral
lainnya, mereka serukan sebagai jihad. Padahal dalam Islam jihad memiliki makna
universal. Jika salah satu makna jihad adalah peperangan, maka peperangan pun
harus dijalankan berdasarkan peraturan, etika, nilai-nilai dan konteks tertentu
yang sudah diatur dalam Alquran dan Sunnah. Kekeliruan mereka dalam memaknai
jihad inilah yang menyebabkan Islam diidentikkan dengan kekerasan.
Interpretasi jihad yang salah
seperti yang dilakukan ISIS jelas merusak martabat dan citra Islam sebagai
agama yang mencintai perdamaian dan kasih sayang. Jihad yang dimaksud dalam
Islam sebenarnya perintah untuk mengabdi kepada Allah dan menciptakan kebaikan
di muka bumi ini.
Distorsi terhadap makna jihad
dengan mengajak menyerang, membunuh, membantai, dan menyiksa orang-orang yang
di luar kelompok secara eksplisit telah merugikan Islam. ISIS sebagai gerakan neo-Khawarij (Khawarij Modern) telah membuat perpecahan dan pembunuhan secara
membabi buta. Hal Ini terjadi disebabkan mayoritas dari pengikut ISIS mencari
pengetahuan keislamannya tidak lagi pada ulama yang alim atau ke lembaga
pendidikan Islam yang kompeten. Mereka lebih suka pergi dan bertanya pada para
ulama “kemarin sore” atau bahkan internet untuk menemukan jawaban-jawaban atas
problematika sosial ke-Islam-an yang mereka hadapi.
Oleh sebab itu, para pemikir
dan aktivis Islam moderat hendaknya memikirkan agar media-media global dan
media sosial tidak dikuasai oleh pemikiran yang ekstremis, fundamentalis, literalis,
radikalis dan menyesatkan. Mereka harus pro aktif mengampanyekan Islam yang moderat,
damai, toleran, progresif.
Kita tahu bahwa yang telah
dilakukan oleh ISIS berupa teror, pembunuhan dan pengrusakan secara membabi
buta di Irak, Suriah dan di negara-negara lain khususnya di Wilayah Timur
Tengah (Middle East) merupakan aksi yang memberikan keuntungan bagi orang
atau kelompok yang memusuhi Islam, membawa kehancuran bagi negara-negara Arab
dan Islam.
Dengan ideologinya yang
ekstrim, fundamental, literal, radikal dan kaku, ISIS telah menyesatkan banyak
pemuda, menipu mereka dengan nama Islam. Sistem ketatanegaraan yang hendak
didirikan oleh ISIS, pada hakikatnya adalah upaya untuk mencemarkan citra
Islam, menghancurkan negara, dan menumpahkan darah manusia yang tiada berdosa.
ISIS serta
organisasi-organisasi ekstrim lainnya telah sesat dan menyesatkan dalam
menggali nilai-nilai dan dalil-dalil syariat, menyimpang dalam memahami dan
menafsirkan al-Quran dan hadis, memelintir teks-teks ke-Islam-an demi
membenarkan sikap dan aksi-aksi brutalnya, tidak segan-segan menumpahkan darah umat
manusia, dan mengeluarkan fatwa-fatwa asing dan munkar demi membenarkan metode takfiri yang telah menghasilkan
kerusakan di dunia. ISIS dengan metode takfiri-nya
tidak mengenal istilah apapun kecuali kekerasan. Organisasi sesat ini sama
sekali tidak mewakili kelompok dan mazhab apapun dalam Islam. Sungguh ironis
sekali orang yang mengaku Muslim tapi tidak berperilau Islami. Muslim macam apa
seperti ini???
Salah satu tujuan ISIS
didirikan adalah untuk memberantas ideologi-ideologi yang tidak sepadan
dengannya. Target dari serangan ISIS adalah Muslim Syiah, Muslim Tasawuf (Sufi),
para Filsuf Muslim dan bahkan non Muslim. Lalu mereka menamakan diri sebagai
kelompok Ahl as-Sunnah.
Sungguh Ironis, manakala
kelompok ini terkait dengan Ahl as-Sunnah atau menjadi bagian di
dalamnya. Bagaimana mungkin kelompok ini dapat dikatakan sebagai Ahl
as-Sunnah dan perbuatan mereka saja tidak mencerminkan madzhab yang dianut
oleh mayoritas muslim dunia. Sedangkan mereka banyak membunuh dan mengusir
orang-orang Ahl as-Sunnah sendiri.
Kita berharap, Kaum Muslimin
yang menjadi pengikut ISIS untuk kembali ke ajaran Islam yang indah dan menghormati
orang lain. Sebab, jihad dilakukan tidak hanya dengan cara-cara melakukan
peperangan atau senjata. Masih banyak cara-cara lain yang lebih efektif dan
efisien guna menyebarkan Islam di muka bumi tanpa merusak citra Islam itu
sendiri.
Allahu A’lam
The Coin Casino - Casino Ow
BalasHapusThe Coin Casino is your best option for depositing at the world's most trusted online casino! · 메리트카지노 Sign up with the Coin 샌즈카지노 casino 인카지노 to claim your welcome bonus. · Click