Oleh: Fuad Fahmi Hasan[2]
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman, Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya . kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka Apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan
keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?” (at-Tiin: 1-8)
Orientasi merupakan masa di mana peserta didik meninjau atau mengenal
kondisi lingkungan yang baru, guna memberikan pandangan kepada peserta didik
baru untuk menggali potensi diri dan memberikan gambaran tentang proses
pendidikan yang akan di jalaninya selama beberapa tahun kedepan sesuai dengan
jenjang pendidikannya. Oleh karena itu, Masa orientasi merupakan awal yang
menentukan tentang bagaimana membentuk karakter peserta didik agar menjadi
pribadi yang baik dan memahami betul peranannya sebagai subyek dan obyek
pendidikan.
Proses orientasi menjadi penentu dalam membentuk karakter peserta
didik karena merupakan awal dari transformasi nilai yang dilakukan oleh
penyelenggara pendidikan kepada peserta didik. Bagaimana nanti senior
memberlakukan juniornya yang masih baru dan berusaha untuk mengenal dengan baik
lingkungan barunya? Juga metode apa yang digunakan untuk membentuk karakter
pada tiap peserta didik baru? Walaupun pada prakteknya Orientasi diserahkan
kepada panitia pelaksana yang merupakan “kakak senior”, tentu pihak sekolah
(guru) atau universitas (dosen) harus memantau dan ikut mengarahkan proses
orientasi agar berjalan sebagaimana mestinya.
Orientasi yang semestinya menjadi lahan untuk mengenalkan,
memberikan pandangan, dan menggali potensi dari peserta didik baru, yang di
dalamnya terdapat transformasi nilai, tentu proses dari berlangsungnya
orientasi tersebut harus menjadi perhatian yang utama. Proses orientasi yang di
selenggarakan mewajibkan kita untuk melakukan evaluasi bersama, apakah budaya
yang selama ini diterapkan menciptakan output yang baik? Atau malah sebaliknya? Semua
itu bergantung bagaimana melihat peserta didik baru sebagai manusia yang
memiliki potensi dan hakikat
kesempurnaan yang penting untuk dikembangkan, sebagaimana Allah menggambarkan
kesempurnaan manusia sebagai ciptaannya.
Manusia dalam memandang kehidupan realitas sosial merupakan
cerminan dari kerangka pikir yang dibangun berdasarkan dialektika diri dengan
lingkungannya. Dialektika tersebut, melahirkan kebudayaan yang beragam dalam
menyikapi alam atau realitas. Kebudayaan dalam kerangka pendidikan, secara
sederhana menjadikan manusia sebagai subyek dan sekaligus obyek dari lingkungan
pendidikan. Manusia sebagai obyek dari lingkungan pendidikan adalah sikap
manusia sebagai peserta didik yang menerima apapun yang diajarkan dan diterima sebagai
kebenaran yang harus dilestarikan sehingga menjadi sebuah budaya. Dalam kasus
orientasi siswa/mahasiswa, maka hal yang menjadi penting ketika menjadikan
peserta didik baru sebagai obyek adalah bagaimana peserta didik mendapatkan
pengalaman dengan berbagai elemen lingkungan barunya di sekolah/universitas
dengan hal-hal baik sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia.
“Tiap-tiap
anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hanya bapak ibulah yang menjadikan
Yahudi, Nasrani dan Majusi”.(H.R. Muslim).
"Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”(An-Nahl ; 78)
Manusia sebagai subyek dari lingkungan pendidikan merupakan suatu
sikap manusia sebagai peserta didik yang menggunakan akal dan ilmu
pengetahuannya sebagai sarana untuk menangkap dan berdialektika diri dengan
lingkungan pendidikannya. Sehingga menjadikan peserta didik menemukan potensi
diri dan mampu menentukan masa depannya sesuai dengan kemampuannya. Menjadikan
peserta didik sebagai subyek dalam orientasi, akan membentuk karakter peserta
didik baru yang mampu menjadi manusia yang sempurna sebagaimana kesempurnaan
telah diberikan tuhan dari makhluk-makhluk lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih telah sudi berkomentar...