Kamis, 27 Agustus 2015

Fauzi Baim; Pemuda Inspiratif Asal Sidoarjo

Oleh: Marlaf Sucipto
 
Alhamdulillah, kami, atasnama Indonesia Belajar Institut (IBI), kemaren (25/8) dapat bersilaturrahim dengan pemuda inspiratif bernama Fauzi Baim di kediamannya, Ds. Sukorejo Rt/Rw: 09/03 Buduran Sidoarjo.

Pemuda jebolan salah satu pondok pesantren di Banyuwangi ini menginisiasi gerakan membaca di kampungnya sambil berjualan jamu khas Indonesia. Ia menekuni profesinya sudah sejak tahun 2011. Ia mendirikan perpustakaan umum di rumahnya yang welcome kepada siapa pun yang berkenan datang mengeja aksara. Termasuk juga bila mau sharing seputar agenda “bagi-bagi manfaat”, baik yang telah diselenggarakan, di-planing, maupun yang ditawarkan oleh mereka yang berkenan datang tersebut.

Perpustakaan Kang Fauzi-sapaan khasnya Ahmad Fauzi, menjadi “besar” saat ia memenangi salah satu lomba yang diselenggarakan oleh India. Berkat ide kreatif Kang Fauzi, dari India ia mendapatkan uang setara Rp. 300 juta. Uang ini kemudian yang dibuat membangun perpustakaan dari yang awalnya ia menggunakan bangunan tak terpakai milik pemerintah desa.

Koleksi buku bacaan di perpustakaan ini, baragam. Mulai tingkat anak-anak sampai dewasa. Dewasa maksudnya, buku-buku yang hanya bisa dicerna oleh mereka yang terbiasa membaca dan memiliki kedalaman pengetahuannya laiknya orang yang sekolah kemudian mendapatkan gelar sarjana atau di atasnya.

Perpustakaan Kang Fauzi, juga telah dilengkapi dengan wi-fi gratis untuk menjangkau alam luar hanya dengan menggerakkan jari. Berkah akses wi-fi gratis inilah, bajibun anak-anak yang asik browsing ria menggunakan smartphone-nya masing-masing.

Karena perpustakaan ini berada di lingkungan orang Muslim, setiap sore setelah sholat asyar, banyak anak-anak yang belajar agama Islam dan setelah Isya’, di antaranya ada juga yang belajar mengaji al-Quran.

Perpustakaan ini menjadi khas, karena selain terpusat di rumahnya Kang Fauzi, setiap hari, sejak jam 07:00-11:00 Wib, Kang Fauzi sambil berjualan jamu, membawa buku-buku koleksinya yang ditawarkan secara gratis untuk dibaca kepada pelanggannya. Saat berjualan jamu, Kang Fauzi berkeliling kampung kemudian mangkal di pabrik-pabrik di sekitar rumahnya.

Selain itu, Kang Fauzi juga memasok buku-bukunya ke warkop-warkop di sekitar rumahnya. Setiap minggu sekali, buku tersebut diganti dengan buku-buku yang lain.

Saat weekand tiba, berbekal kendaraan bermotor roda tiga bantuan dermawan, Kang Fauzi “memboyong” koleksi buku-bukunya ke alun-alun kota Sidoarjo. Di situ ia beroprasi, menawarkan buku-buku untuk dibaca dalam waktu yang lebih lama. Buku-buku koleksinya pun, ia pinjamkan kepada mereka yang masih ingin menuntaskan bacaannya yang belum tuntas.

Saat saya Tanya: “Mengapa Perpustakaan yang ia gagas?”, jawabnya kurang lebih begini, “karena perpustakaan dapat menjangkau semua segmen pengetahuan. Perpustakaan menjadi jendela awal untuk membuka jendela pengetahuan yang tertuang dalam setiap bacaan”.
 
Di perpustakaan ini juga merintis pendidikan berbasis terapan. Maksudnya, ilmu pengetahuan tidak hanya selesai di titik transformasi, tapi juga berlanjut pada uji kongrit tata taktis pengetahuan.

Kang Fauzi menggagas gerakan ini, barangkat dari pengalamannya yang tak seberuntung sebagian orang. Menurut penjelasan Kang Fauzi, sejak kecil ia telah ditempa kerja keras. Ia harus membantu ibundanya (yang salah satu profesinya berjualan jamu khas Indonesia) sejak menjelang terbit sang fajar sampai tengah malam. Aktifitas ini ditekuni setiap hari. Jika Kang Fauzi lalai, ia dipukuli. Bahkan karena saking kerasnya hidup, ia hampir tidak memiliki waktu bermain saat kecil.

Inilah kemudian, yang melatarbelakangi Kang Fauzi untuk turut urun angan dan turun tangan dalam mencerdaskan generasi bangsa. Karena apa pun, jika tidak dilandasi oleh ilmu pengetahuan, maka efeknya akan kalah kuat ketimbang hal yang berlandaskan ilmu pengetahuan.




Semoga note ini turut menginspirasi Anda untuk membuat gerakan pemberdayaan yang ritmenya tak harus sama dengan gerakan ala Kang Fauzi. Spirit manfaat, spirit berbagi, itu yang terpenting dari gerakan ini. “Kalau bukan kita yang peduli, terus siapa lagi? Negeri ini besar, jika hanya dipasrahkan kepada pemerintah dalam mengurusnya, pasti pemerintah akan kewalawan”, begitu pungkasnya di saat kami berada di detik-detik perbincangan kemudian pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimaksih telah sudi berkomentar...