Jumat, 20 Juni 2014

Perempuan Dalam Sejarah Perjalanan Republik

Oleh: Nita Sari[1]
Indonesia adala Negara besar, sebagai generasi muda, tak pantas kiranya bila kita melupakan sejarah bangsa ini. Karena Negara yang besar adalah Negara yang tahu sejarah bangsanya. Oleh karena itu, kita perlu menggali kembali historikal sejarah Negara ini yang mulai terkubur. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan mengulas sosok perempuan inspiratif  yang memberi warna dalam perjalanan sejarah republik.

Perempuan, sebagaimana dikemukakan oleh Soeharto; presiden ke-2 Indonesia, pada perayaan hari ibu ke–67 tahun 1995 di Mojokerto. Sejarah mencatat bahwa kaum wanita Indonesia memainkan peranan penting dalam perjuangan bangsa kita. Peranan itu dimulai sejak perlawanan terhadap penjajahan ratusan tahun yang lalu, dalam kancah revolusi dan perang Kemerdekaan sampai zaman pemabangunan lahir batin ini. “


Dalam perjalanan bangsa ini kita hanya mengetahui dan mengingat beberapa tokoh perempuan seperti R.A Kartini sebagai pejuang kemerdekaan. khususnya dalam bidang emansipasi wanita. Tanpa mengesampingkan perjuangan serta mengecilkan R.A. Kartini, kita perlu juga tahu tentang tokoh–tokoh perempuan yang memiliki idealisme dalam mempertahankan prinsip yang dimilikinya. Perempuan yang memiliki jiwa heroik dan dapat kita ambil suri tauladannya. Seperti Rohana; adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen kuat pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan.

 Rohana memiliki pandangan bahwa diskriminasi dan tindakan semena-semena terhadap perempuan  harus dilawan. Dengan semangat, kecerdasan, dan keberanian, Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan. Tidak hanya itu, Rohana juga membuka peluang wirausha di sekolah yang didirikannya dengan nama sekolah kerajinan Amal Setia pada tahun 1911.

Pada tahun 1916 membuka sekolah Rohan School. Dia juga dikenal sebagai jurnalis perempuan di Indonesia. Kemudian, ada lagi sosok inspiratif bernama Malahayati, ia adalah pejuang perempuan yang berasal dari kesultanan Aceh. Nama aslinya adalah Keumalahayati. Pada tahun 1585-1604, Malahayati memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Malahayati merupakan perempuan pertama yang menjadi panglima perempuan pertama. Dia mempimpin 2000 orang pasukan yakni pasukan Inong Balee (janda –janda pahlawan yang tewas). Pada tanggal 11 September 1599 dia berhasil membunuh Cornelius de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Cornelius de Houtman adalah seorang penjelajah yang menemukan jalur pelayaran Eropa ke Indonesia dan memulai perdagangan rempah–rempah bagi Belanda. Keberaniannya melawan Cornelius de Houtman dengan satu lawan satu sehingga ia kemudian dikenal dengan nama Lakamana Malahayati.

Dalam  hal  pendidikan,  muncul  seorang  tokoh  perempuan  dari  Sumatra bernama Rohana Kudus, Adik Sultan Sahrir.  Ia  mendirikan sekolah Kerajinan  Perempuan tahun  1911.  Sekolah  tersebut  dirancang  untuk   memberikan  pengetahuan keagamaan  termasuk  baca  tulis  Arab,  dan  juga  keterampilan  agar  perempuan mandiri  secara  ekonomi.  Pada  tahun  1912,  ia  menerbitkan  surat  kabar perempuan  Soenting  Melayu  yang  artinya  perempuan  Melayu.  Surat  kabar tersebut memberi kontribusi yang amat berarti dalam sejarah gerakan perempuan Indonesia  dan  makin  memperkuat  laju  perkembangan  wacana  kemajuan perempuan. Rohana tidak menawarkan emansipasi persamaan hak dengan laki–laki namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah perempuan secara kodratnya. Untuk menjalankan fungsi dengan koderatnya perempuan perlu ilmu pengatahuan dan keterampilan, itulah pendidikan bagi perempuan perlu diberikan. Rohan berhasil mengubah paradigma dan pandangan masyarakat kota Gadang bahwa perempuan tidak perlu menandingi laki –laki.

 Sebelum muncul Malahayati, Sosok yang ditakuti tentara Portugis, mereka menyebutnya “Rainha da Japara, senhora poderosa e rica”, yang berarti Ratu Jepara, seorang wanita yang kaya dan berkuasa. Dia adalah Ratu Kalinyamat dari Jepara yang bersekutu dengan Kesultanan Aceh menggempur Portugis di Selat Malaka.

Sebenarnya banyak perempuan pejuang di bumi Indonesia yang memiliki peran penting dalam mempertahankan tanah leluluhurnya. Sejarah pun telah mencatat nama-nama agung perempuan yang pernah dilahirkan di dunia ini. Hampir setiap negara memiliki perempuan-perempuan agung yang mampu menjadi pionir perubahan bagi masyarakatnya, tidak terkecuali negara Indonesia.


[1] Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimaksih telah sudi berkomentar...